Terenyuh

Hari masih pagi dan RSUP Fatmawati pun belum buka. Tapi saya sudah melihat beberapa orang berdiri di depan gedung Griya Husada.

Jam operasional Griya Husada mulai dari jam 08.00.

Saya turut mengantri, kesemua yang datang ini mempunyai tujuan yaitu akan melakukan suntik meningitis.

*Singkat cerita*


Petugas rumah sakit membuka pintu yang sedari tadi kami tunggu-tunggu untuk bisa dimasuki.

Bergegas kami menuju ke dalam area gedung yang relatif masih baru dan sangat nyaman ini. Ada eskalator dan lift di tiap lantai, kursi sofa yang sangat empuk, kursi antrian yang cukup banyak. Papan layar antrian dan ruangan yang higienis.

Diluar prediksi saya, ternyata pendaftaran suntik meningitis tidak dilayani di sebuah loket oleh petugas seperti dalam pikiran saya.

"Bagi yang ingin mendaftar suntik meningitis, silahkan mengisi formulir yang ada di komputer sebelah sana"

"Baik, Pak!" Ucap saya ke petugas yang membuka pintu tadi.

Persyaratan sudah ditangan:
1. Paspor asli dan fotocopy
2. KTP asli dan fotocopy
3. Pas photo 4x6

**********

Saya dimintai tolong oleh seorang bapak agak tua untuk input kan data dia karena dia nampak kebingungan. Alhasil karena dia lebih duluan yang saya input,nomor antrian dia jadi lebih kecil dari saya.

Saat saya berpikir urusan antrian sudah selesai dan menengok ke belakang. Beberapa orang tua kategori lansia ikut mengantri juga. Dengan wajah yang menimbulkan rasa iba.

Tanpa babibu..saya langsung bilang" sini pak/ bu saya bantu masukan datanya"

Satu, dua, tiga, sampai orang kesekian saya masih nangkring di depan komputer.


Malah awalnya saya disangka petugasnya.

"Bukan bu," jawab saya

"Saya juga pasien"😄 hehe

Urusan komputerisasi data memang tidak "ramah" untuk orang yang dilanda faktor "U" alias usia.

Saya bolak balik isi nama,ttl,alamat,pendidikan,pekerjaan.

komplit--print

Ada bapak tua yang saat ditanya pendidikan dia jawab hanya lulusan SD

Ada juga yang tidak sekolah

Ada yang ditanya nomor telepon
Tidak tahu dan tidak punya

Kebanyakan dari mereka sudah diatas usia 55 tahunan dan baru sekarang dapat kesempatan ke tanah suci.

Mata saya berkaca-kaca dan ada perasaan hangat yang menjalar di dada ketika mereka dengan sumringah mengucapkan terimakasih banyak dek/buk/mbak sambil menepuk pundak saya.

Tak apalah sebutan mereka ke saya beda2 tapi niatnya sama.

Ucapin terima kasih!

Itu aja saya udah terenyuh banget. Seneng banget! Padahal hanya melakukan hal simpel.

Jadi ingat perkataan Ust.Nasrullah Magnet Rezeki.. bahwa Rezeki itu bukan ada pada diri kita, tetapi ada pada kebahagiaan dan kemuliaan orang lain.

Rezeki tidak hanya berupa materi saja bisa jadi doa yang terlontar dari orang yang merasa "trenyuh" tadi tembus ke langit. Doa yang baik ya penginnya!


"Mbak, ini buat sarapan ya."

Seorang ibu berusia senja yang masih terlihat cantik menaruh beberapa bungkus wingko dan pie di depan saya. Sambil mengucapkan terima kasih mereka pun pergi.

Saya ikutan terenyuh..terharu..😭 Tidak bisa saya tolak karena saya lapar juga😀

*****
Di lain waktu di lain kesempatan..

Murid: " Ms. mau ga?" sambil nyodorin kotak bekalnya.

Isinya ada snack kesukaan anak2


Guru: "Oh...makasih fulan, beneran nih?nanti kamu kurang enggak?

Murid: "engga miss...aq cukup kok..masih ada susu juga (tersenyum manis).

Guru: "Makasih ya,Nak". (Ngunyah sambil mewek)

#trenyuh

****
Ada deh anak murid yang empatinya tinggi banget, care banget sama guru, sama temen, suka sharing makanannya dan alat tulisnya. Gak egois---melting deh😢

Duh nak, kamu memang gak sepintar si fulan/fulanah, tapi buatku kamu juaranya!


#trenyuh

****

Momen lain saat ada ortu siswa yang ingat sama kita dan peduli...itu ah...kebahagian yang HQQ.

#trenyuh

Kemudian doa-doa melangit.

Selamat mudik, Selamat membahagiakan dan memuliakan keluarga dan orang-orang sekitar.

Sekian. Saya Raisa, yang tidak mudik :)

Ramadhan hari ke-28.

#CeritanyaYuli
#pernah di post di FB


Comments

Popular posts from this blog

Dari Packing Yang Bikin Pusing dan Pengalaman Tidur Di Bandara Soetta

Pengalaman Umroh Menggunakan NRA Travel

Belitong Trip (Part 2)